Aku gak tahu kapan
tepatnya aku mengenal dia, murid baru
yang masuk di kelasku .Yang ku ingat
waktu itu aku masih duduk di kelas 2 SMU. Aku dengar dia dapat beasiswa sehingga
bisa masuk SMU 34. Salah satu SMU favorit di Jakarta.Sejak cewek itu
masuk, semuanya berubah. Dia saingan terberatku di kelas. Sebelum ada dia.
Nilaiku selalu lebih unggul dibandingkan teman-teman di kelasku.Walaupun aku bukan
cowok populer, temanku tidak banyak karena aku pemalu, jarang belajar dan
sering tertidur di kelas, tapi nilaiku tak pernah kurang dari 8. Aku jago
pelajaran ekonomi. Setiap ada lomba bidang studi ekonomi pasti aku yang selalu
diminta untuk mewakili kelasku.
Cewek itu namanya Tiana....Setiana Dewi
Dia sangat pintar...Di
semua pelajaran dia selalu unggul .Tapi aku kurang menyukainya .Dia tidak jelek
kok..cantik malah. ramah, rambutnya panjang selalu diikat rapi , walaupun aku lebih suka
kalau rambutnya di urai.Tambah cantik. Tapi sejak ada Tiana , dia jadi favorit
semua guru, favorit semua teman kelasku yang butuh contekan PR atau tempat bertanya kalau ada pelajaran yang
tidak mengerti. Dulu, aku yang di posisi
itu, namun sekarang...apakah aku iri? Ya memang aku iri pada gadis itu.
“Rangga.” Gadis berambut panjang itu memanggil dan menepuk punggungku dan tanpa
kupersilahkan dia sudah duduk disebelahku. Membuyarkan kosentrasi ku yang sedang
mendengar lagu favoritku.
“Lagi dengar
lagu apa?”Tanya Tiana.
“Ya?” aku
membuka earphone dan menoleh sebentar .“Oh..lagu Bruno Mars. Ada apa?”
“Pak Anwar kasih
tugas kelompok projek akhir , Kamu mau kan masuk kelompokku?” Tanya Tiana
“Hmmmm...maaf
aku sudah masuk grup nya Fajar.Sorry ya.” Jawabku datar. Hati ku jadi tak enak.Kenapa aku harus
berbohong? Padahal aku belum masuk grup manapun.
Terlihat mimik
kecewa di wajah gadis itu. Namun dia tetap tersenyum. “Okey, ga papa kok. “
Cowok itu, namanya Rangga...Rangga Raditya
Aku tidak tahu,
kenapa dia kelihatan tidak begitu suka padaku. Padahal aku berusaha bersikap
ramah padanya. Dia jarang bergaul , temannya tidak banyak, cuek, pendiam . Tapi
dia pintar . Aku ingin berdiskusi dengannya tentang masalah ekonomi karena aku
suka pelajaran ekonomi.Tapi dia selalu menghindar dan selalu acuh tak acuh
padaku.
Ketika hendak ke toilet pas jam istirahat, aku
mendengar suara orang bersenandung. Suaranya begitu merdu ditelingaku.Suasana
saat itu sepi karena murid-murid banyak yang sudah masuk kelas .Tapi aku
penasaran. Aku mencari asal suara itu. Di ditaman sekolah aku melihat sosok
pemuda duduk di bangku taman dengan earphone ditelinganya. Dia sedang
bernyanyi yang aku tak tahu apa judulnya
dan siapa penyanyinya. Diam-diam aku memperhatikan . Aku tersenyum geli melihat
tingkahnya yang bagaikan superstar rock
,seolah-olah memegang gitar sedang bernyanyi di panggung. Dia sangat kaget dan gelagapan ketika tahu
ada yang memperhatikannya. Muka nya merah, semerah tomat.
“Udah bel tuh..”
Kataku setengah berteriak sambil berusaha menahan senyum ku.
“Kamu ngapain
disitu? Mata-matain gue ya?” Jawabnya ketus.
“Suaramu bagus ,
Kamu berbakat jadi penyanyi lho.”
“Jangan sok tahu
ah,” Ujar Rangga dengan wajah masih memerah menahan malu ngeloyor pergi.
Tiana....
Nama itu, nama
itu lagi yang memenuhi kepalaku. Sudah 3 hari dia tidak masuk . Ada apa ya? Apa
dia sakit? Ada rasa yang bikin nyesek di dada ini. Rasa kangen...satu kata yang
asing banget, tapi itu yang aku rasain skarang. Tapiii.. ngapain sih aku
mikirin dia? Lagian bukannya enak kalo
gak ada dia? Gak ada yang sok tahu dan selalu jawab setiap pertanyaan guru,
selalu bertanya di setiap pelajaran. sok perhatian , sok menasehati..
“Met, tau gak
kenapa si Tia gak masuk? “Tanya ku pada Meti, teman sebangku Tiana. Sebenarnya
gengsi aku tanya tentang Tiana. Tapi rasa penasaran ini gak bisa aku bendung.
Meti memandangku
dengan wajah terheran-heran
“Tumben..nanyain
Tia..”Jawab Meti sinis. “Bukannya lo gak suka ma dia? Harusnya lo seneng dia
gak masuk, gak ada saingan...”
“Ya udah kalo lo
gak mau jawab.” Aku berdiri melangkah
untuk pergi.
“Ibunya Tia lagi
sakit. Kena kanker rahim.”
Langkah ku
terhenti. Aku terdiam , gak tahu harus bilang apa.
Aku menoleh ke
arah Meti. “Met, boleh aku minta alamatnya Tia?”
Jl Melati no.3B,
sudah 3 jam aku cari alamat itu.Kok
susah banget ya alamatnya? Celingukan kebingungan aku berdiri depan gang tanpa
papan nama jalan yang baru kali ini aku
liat.Tapi pemilik warung tadi menunjuk gang ini. Cuaca semakin smakin panas,
aku mengacak-acak rambutku sendiri. Kalo
gak ketemu, gue mending pulang aja deh!
Tapiii....sosok
itu.... gadis rambut panjang berjalan membawa kantong kresek..Tiana..wah,
ngumpet ah!
Gadis itu lewat
tanpa menyadari kehadiran aku . Sepertinya dia terburu-buru. Setelah gadis itu
agak menjauh aku mengikutinya dari belakang, hatiku deg-degan... takut
ketahuan.
Akhirnya gadis
itu tiba disebuah rumah mungil, sangat sederhana namun asri. Beberapa bagian
cat tembok rumah sudah terkelupas. Sebuah sepeda butut terparkir di teras
rumah,dan beberapa pot bunga mawar, anggrek berjajar di halaman. Ohh...jadi ini rumah Tiana..
Lama aku berdiri
didepan rumah itu. Masuk gak ya? Pasti
dia terheran-heran kalo tau aku kerumahnya. Selama ini kan aku terlihat acuh
tak acuh dan cuek padanya. Kebayang deh raut wajah nya kalo liat aku ..pasti
sinis banget ngapain lo kesini?
Sebelum
pikiranku merembet kemana-mana , aku merasa ada yang menarik bajuku.
“Temennya kak
Tia ya?” Seraut wajah cantik mungil berumur 5 tahunan menyeringai
memperlihatkan gigi ompongnya padaku.
Sebelum aku
menjawab gadis itu berlari masuk ke dalam rumah dan berteriak “ Kaaakkk...! ada
temen Kakak tuuhh..!”
Mampus gue!
Tiana keluar,
tak seperti biasanya kali ini rambutnya diurai... mengenakan kemeja kotak-kotak
dan rok coklat selutut. Baju yang sederhana, tanpa polesan make up terlihat
...cantik..ditambah lagi rona merah pipinya dengan wajah ternganga tak percaya.
“Rangga??”
Aku jadi salting
sendiri.Pengen rasanya kabur dari tempat ini atau bilang “Eh, kamu tinggal
disini?”
“Hmmmm...gini..gue..”
Wajah Tiana
berubah dengan senyum yang gak bisa aku lupain, tangannya melambai padaku
“ Sini, masuk
yuk!”
Tiana
menyodorkan secangkir air teh manis padaku. “Makasih ya udah mau datang, nyasar
gak?”
Aku menyeringai malu.
“Enggak..
kebetulan pemilik warung depan gang kasih tahu alamat rumahmu.”
Lama kami
terdiam...Gimana ya menghilangkan situasi yang kurang nyaman kayak gini?
“Eeehh...kenapa
lo gak masuk sekolah?”Tanyaku kaku
Senyum itu
menghilang .”Penyakit mama kambuh.Gak ada yang urus mama karena ayahku kerja.”
“Mama kena kanker Ga. Sudah setahun mama sakit
kanker rahim” Tiana menghela nafas, berusaha menahan air mata yang keluar.
Aku tertegun,
aku gak tahu apa yang harus kukatakan.
“Sejak mama
sakit , perekonomian kami jadi sulit. Karena Ayah hanya seorang pegawai negri
dengan gaji pas-pasan . Sedangkan setiap minggu mama harus kemoterapi.”
Tania menatapku
kali ini air matanya tumpah tak tertahan. “Maka dari itu aku berusaha belajar
dan belajar setiap hari supaya dapat
beasiswa dengan begitu gue bisa mengurangi
biaya sekolah. . Aku juga bantu mengurangi beban papa dengan menulis
artikel untuk majalah dan menulis buku. Melihat keadaan mama , aku ingin jadi
dokter Ga supaya bisa obatin mama tanpa harus memikirkan biaya.Alhamdulillah
ada penerbit yang tertarik dengan tulisanku dan mau menerbitkan bukuku.
Mudah-mudahan dengan ini aku bisa membiayai kuliah.
Aku
terdiam. Tiana.... maafkan gue ya...
Maafkan atas sikap gue yang buruk dan,
prasangka jelek gue selama ini. Gue merasa malu pada diri sendiri. Gue hidup
berkecukupan, Papa seorang dokter. Kalau gue sakit ada papa yang ngobatin.
Sedangkan Tiana berjuang sendiri demi
orang tuanya, demi cita-citanya..
Rangga....
Kenapa kamu
kerumahku? Apakah kamu gak tahu jantungku hampir copot ketika kamu berdiri di
depan rumahku ? Bukankah kamu selama ini gak suka padaku? Apa yang membuatmu
berubah sikap padaku? Walaupun kamu terlihat cuek, jutek dengan tatapanmu yang
tajam, kadang sinis padaku, aku tetap kagum sama kamu.Kamu pintar, walaupun
kamu suka tertidur di kelas, aku suka melihatmu dengan earphone yang menempel
di telingamu sambil bergumam, berdendang dgn suara gak jelas, aku suka
melihatmu asyik menulis entah apa..puisikah? lirik lagu? di bawah pohon di
kebun sekolah sampai lupa masuk kelas dan kena hukuman berdiri di depan tiang
bendera.Aku suka...
Aku gak akan
lupa , hari wisuda kelulusan, kamu yang pertama kali berdiri bertepuk tangan,
memberi selamat padaku, menggenggam tanganku begitu erat, hangat, seakan tak
mau lepas. Sejak kamu datang kerumahku, sikapmu berubah. Lebih friendly...Belum pernah aku sebahagia
ini .
Namun semuanya
berubah. Ayah dipindah tugaskan ke Kalimantan Selatan. Begitu mendadak . Aku
kerumahmu tapi kamu dan papamu sedang belibur ke Bali. Kata ayah, di
Banjarmasin ada universitas negri disana, dan aku bisa mendaftar di jurusan
kedokteran sesuai cita-citaku. Demi cita-citaku untuk menjadi dokter, terpaksa
aku harus melepas rasa ini... melepas kamu...
Tiana...
5 tahun sudah
berlalu.Namun Nama itu masih terus membekas di hati ku. . Hidupku sekarang
berubah.Kamu benar, bakatku memang menyanyi dan sekarang menjadi panggilan
hidupku. Sejak mengikuti kompetisi singing talent di sebuah TV swasta terkenal dan
juara 1 ,hampir semua orang mengenal
namaku. Aku jadi orang yang super sibuk. Sibuk rekaman, mengisi acara di TV,
perform di berbagai kota. Tapi kamu
dimana? Terakhir aku bertemu denganmu ketika wisuda kelulusan SMU. Kamu
terlihat anggun sekali dengan gaun sederhana warna senada dengan kulitmu. Dan
aku gak akan lupa akan wajah senyum tanpa henti ketika namamu dipanggil sebagai
siswa teladan dengan nilai tertinggi. Saat itu tidak ada rasa iri , kecewa yang
seperti biasanya aku rasakan ketika aku sekelas denganmu. Rasa iri mengetahui
kamu selalu dapat nilai tertinggi, selalu terpilih mewakili sekolah dalam ajang
kompetisi, selalu bisa mematahkan argumenku bila kegiatan diskusi kelompok.
Entah kenapa, aku ikhlas kamu yang maju ke panggung dan menerima penghargaan
itu, because you deserve it.
Aku berdiri dan
bertepuk tangan sekeras-kerasnya. Aku tak peduli teman-temanku yang melihatku
dengan tatapan nakal diiringi teriakan cieeee..
orang tua murid, guru, menoleh padaku.
Dan aku tak peduli pada akhirnya semua berdiri dan ikut bertepuk tangan juga.
Yang aku pedulikan sorot mata mu memandang padaku, dengan senyum yang sempurna
seolah-olah berkata : Thanks, Rangga
...
Setelah
itu kamu menghilang tanpa jejak....
Aku
kerumahmu kamu sudah pindah entah kemana. Ku coba sms, telefon tapi gak
nyambung..
Setiap
aku perform , aku berharap kamu berada di barisan penonton, dan melihatku bernyanyi.
Aku
rindu kamu.. rindu gadis cantik, pintar , berambut panjang yang sudah
menginspirasi aku selama ini...
“Dok, sudah
malam...sebaiknya dokter pulang saja.Biar saya yang jaga malam disini.”
Tiana menguap
sambil merentangkan tangannya. Hari ini di
klinik banyak pasien yang datang berobat. Baru jam 7 malam pasien sudah mulai
berkurang.Pfiuhh.. hari yang cukup melelahkan!
“Makasih ya
suster, kebetulan saya sudah capek. Saya pulang dulu ya.”
Tiana mengayuh
sepedanya. Malam semakin larut. Tiana mengayuh sepedanya kencang-kencang. Ingin
rasanya cepat tiba di rumah dinas dan berbaring di kasur yang empuk.
Tiana melempar
tasnya di kasur , membuka sepatunya setengah hati . Sayup-sayup terdengar suara
radio di ruang tamu dan hati Tiana tercekat...lagu
itu...suara itu..
Tiana langsung
berlari ke arah suara itu . Pak Nana, penjaga rumah sedang duduk sambil memeluk
radio kesayangannya.
“Pak, boleh
pinjam radionya? “ pinta Tiana penuh harap.
“ Boleh,
silahkan neng .” Kata Pak Nana ramah
Tiana masuk ke
kamar. Di peluknya radio itu erat-erat. Lagu itu masih mengalun merdu..
Tak Kubayangkan...
Rasa ini tumbuh di hatiku
Rasa rindu padamu kasihku
Entah kau dimana...aku tak tahu
Kalau saja ku tak mengenalmu
Mungkin rasa ini takkan pernah
Ada..
Rangga....
Kamu sudah jadi
penyanyi terkenal sekarang..semua orang
mengenal kamu. Album terbaru kamu yang dikirim ayah selalu aku dengar hampir
setiap hari.. Ga, aku sudah jadi dokter sekarang. Aku bertugas di desa kecil di
Kalimantan. Berat memang , namun aku harus jalani karena warga disini membutuhkanku.
Aku gak pernah lupain kamu .Ada rasa yang
aku pendam selama ini , yang aku rasakan sejak bertemu kamu di SMU dulu.
Dan kalau Tuhan ijinkan, semoga suatu saat kita bisa bertemu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar