Selasa, 15 Oktober 2013

Sabar ya Sayang....

(gambar:.mademoisellegroup.com)
Suara  mesin jahit menderu-deru ditengah rumah mungil di gang sempit. Cuaca panas ibukota membuat rumah dengan ventilasi terbatas itu semakin pengap. Namun Mama tetap mengayuh mesin jahitnya demi menyelesaikan pesanan jahitan langganannya, karena kalau tidak diselesaikan sekarang, tidak ada tambahan uang, dan siap-siap saja menikmati makan malam dengan lauk seadanya.


Di kamar, aku sibuk membuka-buka majalah wanita, mencari model baju untuk acara pensi dan wisuda kelulusan SMA ku. Alhamdulillah aku masuk dalam jajaran 5 besar murid dengan nilai UN tertinggi. Dan di acara kelulusan nanti aku harus memakai baju kebaya. Aku ingin terlihat cantik di acara kelulusan nanti. Mataku terantuk pada model kebaya di majalah yang aku baca. Kebaya modern berwarna putih dengan pita warna pink dibagian pinggang, dipadu dengan rok batik panjang.  


“Ma, lihat! Kebayanya bagus kan? Ma, bikinin dong kebaya seperti ini buat acara kelulusan nanti.” Kataku setengah merajuk.


Mama mengambil majalah itu dari tanganku. Mama menghela nafas.


“Dinda, ini kainnya mahal...uang Mama tidak cukup buat beli bahan semahal ini. Bagaimana kalau menyewa saja ya? Paling Cuma 75 ribu.”


Aku cemberut. “Gak mau..kebaya seperti itu sudah pasaran. Warnanya jelek. Teman-teman Dinda aja beli kebayanya di butik."


“Dinda kamu kan tahu sendiri, penghasilan Mama dari menjahit berapa. Belum lagi adikmu yang sebentar lagi mau masuk SMP..” 


“Kalau saja Papa masih hidup...”  Mataku mulai berair


“Dinda...”


Aku tak berkata apapun lagi. Aku hanya kembali masuk kamar menelungkupkan tubuhku di kasur dengan perasaan sedih dan kecewa. Ku dengar suara langkah Mama mendekatiku dan kurasakan belaian Mama di rambutku sambil berkata lirih.


“Sabar ya Nak, nanti Mama akan usahakan membuat kebaya yang kamu mau.”


3 Hari berlalu. Namun tak ada tanda-tanda Mama menjahitkan kebaya yang aku inginkan. Dan bila aku bertanya Mama selalu manjawab  “sabar ya sayang..”. Aku sudah pasrah dan tidak mau berharap banyak. Aku sudah terbiasa dengan keadaan ini, terbiasa hidup tanpa seorang ayah, terbiasa hidup pas-pasan.


Untuk mengobati kekecewaanku, aku menginap dirumah Jelita sahabatku. Orang tua Jelita pergi keluar kota dan memintaku menemaninya semalam di rumahnya. Kamar Jelita begitu indah dan luas, berbeda dengan kamarku yang sempit. Dadaku terasa sesak kala Jelita memperlihatkan kebaya yang akan dipakainya di acara kelulusan nanti. Kebaya warna pink begitu indah dan elegan dengan taburan manik-manik. Aku ingin menangis, tapi aku tahan sekuatnya. Aku tak ingin Jelita melihat kesedihanku.


Aku pulang ke rumah pukul 9 pagi. Namun rumah begitu sepi. Biasanya jam segini sudah terdengar suara mesin jahit Mama. Aku membuka pintu dan berjalan perlahan masuk kamarku. Sebuah kebaya warna putih dengan bordir di leher dan pita berwarna pink  tersandar di kursi kamarku. Aku terkejut bukan kepalang. Kebaya itu....kebaya impianku...


Aku berlari mencari Mama. Dika adikku baru saja keluar dari kamar Mama.


“Mama di kamar Kak, badannya panas dan kepalanya pusing.” Kata Dika sambil membawa handuk basah.


Mama sakit?


“Dari kemarin Mama jahit kebaya buat Kakak. Mama pinjam uang ke Tante Sonya buat beli kain kebayanya.”

Jadi Mama...


Tanpa menunggu penjelasan adikku lebih lanjut, aku masuk kamar Mama.


Mama terbaring lemah. Matanya tertutup rapat. Aku mendekatinya dan berbaring disamping Mama. Aku membelai rambut Mama seperti Mama membelai rambutku.  
Maafkan Dinda Ma, Dinda sudah bikin susah Mama...Mama jangan sakit, Dinda rela pakai kebaya sewaan itu atau bahkan tak usah pakai kebaya sama sekali..cukup baju yang ada dilemari saja yang akan Dinda pakai..asal Mama selalu sehat..hanya Mama yang Dinda miliki...


Aku mencium pipi Mama. Lelehan air mataku mengenai wajah Mama. Mama terbangun, membuka matanya. Mama menghapus air mataku.


“Kenapa nangis sayang? Jelek ya, kebaya buatan Mama?”


Aku menggeleng. “Enggak Ma, Bagus sekali...kebaya terindah yang pernah Dinda lihat...”


Mama tersenyum. Matanya terpancar binar bahagia.


“Kamu akan jadi putriku yang tercantik di acara kelulusan nanti.”


Air mataku mengalir tanpa henti. 


“Dan Mama adalah Mama terbaik yang aku punya. Aku cinta Mama...selamanya.. di hidup Mama. “Bisikku.


Dan akupun terbuai dalam rengkuhan pelukan Mama...

 
Note: cerita untuk blog #SabarGan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar