Hari keberangkatan
makin dekat saja. Dari tempat tidurnya Maudy melihat kalender yang berdiri
diatas mejanya. Tanggal 3 Oktober.. Maudy menarik nafas dalam-dalam dan
menghembuskan kuat seolah ingin melepas perasaan yang bercampur aduk yang ada
dalam hatinya. Cuaca pagi itu sangat dingin membuat Maudy malas beranjak .Dia
menarik selimutnya seolah ingin
menikmati kasurnya, kamarnya yang penuh buku-buku untuk yang terakhir kalinya.
Kepergiannya ke Inggris
untuk kuliah di Oxford sangat dinanti-nantikan.Sudah lama Maudy mendambakan
suatu saat dia akan kuliah di luar negri. Namun dia tidak menyangka akan
diterima di universitas kedua terbaik di dunia itu. Namun disisi lain Maudy
merasa ragu apakah dia dapat menyesuaikan diri disana. Perbedaan budaya,cuaca,
makanan...Namun Afgan selalu memberi support dan semangat dan mengingatkan
bahwa ini ada peluang dan kesempatan yang gak boleh disia-siakan.
“Gak ada lho artis yang
kuliah di Oxford selain kamu Mod” Kata Afgan disela-sela break syuting iklan
pembersih wajah yang dibintangi mereka berdua.
Afgan...tiba-tiba
Maudy teringat sesuatu. Maudy membuka selimutnya dan beranjak dari tempat
tidurnya lalu berdiri beberapa saat untuk mengingat sesuatu, lalu mencari-cari
ke laci meja, bawah bantal..nah, ketemu! Maudy memungut iphone nya yang
terjatuh dibawah tempat tidur lalu kembali ke tempat tidurnya. Sambil telungkup
Maudy membuka iphone nya dan... . gak ada
pesan masuk . Terakhir pesan masuk yang ia terima dari Afgan ketika kemarin
acara farewell party bersama teman-teman dekatnya yang isinya :
Mod,
sorry I could’nt come to your party..aku ada job nyanyi di Medan. Have fun ya!
Maudy sudah terbiasa
dengan kesibukan Afgan yang padat. Namun biasanya Afgan selalu bisa meluangkan
waktu untuk sekedar ngajak hang out bareng, nonton bioskop, makan di restoran
dan jalan-jalan di mall atau sekedar datang kerumah untuk ngobrol dan akhirnya
bikin lagu bareng. Dan Selama satu bulan sebelum kebarangkatannya perhatian
Afgan semakin bertambah dan pertemuan mereka semakin intens yang sebenarnya
Maudy tidak terlalu menginginkan itu. Karena itu membuatnya semakin susah
melupakan senyum manis dan lesung pipi pria yang sudah setahun belakangan ini
dekat dengannya dan semakin membuatnya merasa berat untuk pergi...
BANDARA, PENANTIAN YANG MENYEBALKAN
Afgan mondar-mandir
gelisah di bandara Polonia Medan . Matanya terus-terusan melirik jam tangannya.
Damn! Kenapa sih keberangkatan pesawat
harus ditunda 2 jam?
“Udah bos, nyantai
aja..jangan gelisah gitu..Cuma ditunda 2 jam, Bandara lain sampe 8 jam
lho!”ujar Dito yang tidak tahan melihat Afgan mondar-mandir kayak setrikaan.
Bukannya apa-apa , soalnya mondar-mandir
temannya itu menghalangi pandangan Dito ke cewek cantik berbaju pink yang duduk
di seberang ruang tunggu bandara.
Afgan memgernyitkan keningnya
ke arah Dito dan mendengus kesal.
“Dua jam itu lama
taoooo..!” Ujar Afgan sewot
“Ya elaahh..! yang mau ditinggal pacar ke Inggris...nyante
aja bro, Maudy kan perginya besok kalee. .” Kemal menimpali.
Afgan melepas topinya
dan melemparkannya ke arah Kemal,
disambut temannya dengan tawa terbahak-bahak seolah puas banget bisa
godain sahabat dan partner kerjanya yang
satu ini.
Heran,
kenapa sih gak ada yang ngerti perasaan gue? Keluh Afgan
dalam hati. Udara panas Medan membuat wajahnya basah karena keringat. Afgan merogoh iphone di saku celananya lalu
duduk disamping Dito. Terdengar helaan nafas lega Dito dan mulai fokus ke cewe
cantik berbaju pink .Akhirnyaaa..
Afgan membuka
twitternya. Banyak mention yang masuk di twitternya namun hanya satu nama yang
ia cari. Afgan menemukan foto yang diposting di instagram..foto maudy bersama
fans dan sahabat-sahabatnya di acara farewell party. Entah kenapa Afgan merasa
sesak , tidak ada sosok dia difoto itu. Ingin sekali dia juga berada di acara
itu.Memberi semangat, menghiburnya karena akhir- akhir ini Maudy terlihat pendiam dan kurang bersemangat.
Namun jadwal manggung yang sudah disepakati tak bisa diubah sehingga mau tidak
mau Afgan terpaksa melewati moment penting dengan Maudy jelang keberangkatannya
ke Inggris.
“Mod,
aku tertahan di Bandara, di cancel 2 jam.”
Suara getar iphone
mengagetkan Maudy yang sedang menata lagi baju-bajunya yang akan dibawa .
Setoples rendang daging buatan mama sudah masuk dalam kopernya.Tinggal beberapa
buku yang akan dibacanya nanti dipesawat yang belum masuk tas. Secepat mungkin
Maudy menyambar iphone nya dengan wajah tersungging senyuman namun dengan cepat berubah setelah membaca pesannya.
“Its
okay, sabar aja yan Gan.” Balas Maudy
“Dari Afgan ya kak?”
Tanya Manda yang juga membantu memasukkan buku-buku kesayangan kakaknya. “ Jadi
dia mau datang kesini?”
Maudy melempar
iphonenya ke bantal dengan wajah kecewa.
“Masih di Bandara ,
dicancel penerbangannya.”
“Tapi gak lama kan di
cancelnya? Tenang aja nanti malam Kak Afgan pasti nyampe Jakarta kok . “
Maudy tersenyum kecut.
Sebenarnya Maudy sangat ingin sekali melewati hari terakhirnya di Jakarta
seharian bersama Afgan. Jalan-jalan, makan di restoran , ngobrol ,
katawa-ketawa berdua...hanya berdua saja.
Akhirnya semuanya sudah
siap. Koper, tas gendong, semuanya sudah siap namun kenapa hati Maudy masih
gundah..
Suasana di cafe begitu
meriah. Semua keluarga besar Pak Didit dan Bu Muren berkumpul untuk makan
bersama. Maudy memperlihatkan senyuman terbaiknya walaupun hatinya tak seperti
itu. Maudy senang semua keluarga dan saudara berkumpul mengucapkan selamat dan
dukungan . Maudy berpikir seandainya penerbangan tidak ditunda, pasti Afgan
sudah ada di sini bersamanya. Tiba-tiba matanya
mulai berair namun berusaha menyembunyikannya dengan sibuk membuka kado-kado
pemberian adik dan saudara-saudaranya.
Acara dinner bareng keluarga telah usai, namun
tidak ada kabar berita dari Afgan. Maudy sudah pasrah dan menyerah untuk selalu
berharap. Berbagai pikiran, tanda tanya, berseliweran di kepalanya. Belum lama
Maudy berkutat dengan pikirannya , iphone berbunyi. Afgan telefon !
“Halo, gan kamu
dimana?” Suara Maudy hampir berteriak tanpa menunggu suara diseberang sana.
Lamat-lamat Maudy
mendengar suara hembusan nafas berat .“Aku masih di Medan Mod...penerbangan ternyata ditunda
sampai besok..”
Maudy mendengar nada
kelelahan dan putus asa. Maudy tak tahu harus bilang apa. Yang pasti hatinya
nyesek bukan main .
“Gan...tapi aku ingin ketemu kamu..” Suara
Maudy tersekat
Suara disana terdiam lama.
“Aku juga...Iam so sorry ...aku pasti datang untuk antar kamu besok ke bandara
kok.”
Bukan
itu Gan yang aku mau...
Di dalam mobil Maudy
hanya terdiam. Maudy membuka jendela dan terasa angin dingin menerpa wajahnya. Jalanan
malam semakin gelap .Pupus sudah harapannya untuk bisa menghabiskan hari
terakhirnya di Jakarta bersama lelaki yang telah mencuri hatinya . Maudy
mengingat-ingat awal pertemuannya dengan Afgan. Hampir setahun mereka
bersama-sama.Duet bareng, main film. Mengisi iklan, bikin lagu sama-sama....rasanya
tidak mudah meninggalkan kebersamaan yang terjalin selama ini. Kebersamaan yang
mengikat hati Maudy pada lelaki itu.
Mengingat semua itu
membuat air mata Maudy meleleh dan kali ini Maudy tidak berusaha menghentikan
air mata yang deras mengalir di pipinya. Maudy menyandarkan kepalanya di pundak
mama yang duduk disampingnya. Mama tidak berkata apapun. Mama tahu apa yang
putrinya rasakan. Mama hanya membelai rambut Maudy lembut dan memeluknya
membiarkan putrinya menangis.
BULAN SEPARUH JADI SAKSI
Maudy merasakan mobil
berhenti. Tidak terasa dia tertidur di pangkuan mama. Sudah sampai rumah
ternyata. Maudy berencana akan langsung tidur karena besok pagi harus siap-siap
ke bandara.
Maudy keluar dari
mobilnya. Kepalanya terasa pusing dan rasa kantuk masih mendera . Maudy menunduk dan melihat ke kaca spion
mobilnya .Matanya terlihat memerah karena habis menangis.
“Halo Niki”.
Maudy berbalik. Suara
itu terdengar lembut namun mampu membuat Maudy terloncat kaget seakan-akan melihat hantu.
Afgan berdiri tepat
dihadapannya. Sebuah mobil BMW putih terparkir di luar rumah. Maudy tak percaya melihat sosok lelaki yang berdiri
di depannya dengan kaos oblong putih yang sudah kusut, rambut sedikit
acak-acakan dan ransel yang masih menempel di pundaknya.
“Matamu merah tuh, abis
nangis ya? “ kata Afgan dengan mata menggoda. Terlihat wajah yang lelah namun
masih memperlihatkan senyum termanisnya.
Maudy masih bingung
berpikir keras dengan apa yang terjadi.
“Tapi...kamu
bilang..kamu pulang besok....”
Afgan ketawa nyengir. “Hehe...
sekali ini aja bohongin cewek Oxford ga papa khaan?”
Maudy mengerutkan
keningnya. Jadi ternyata.......!
Dengan wajah gemas juga
kesal Maudy memukul bahu Afgan dan mencubitnya tak henti-henti .Tak peduli cowo
itu mengaduh-aduh minta ampun.
“Puas ya lo bikin gue
kayak gini !”
Afgan tertawa ngakak
sambil berusaha menghindar cubitan Maudy . Tapi akhirnya tawa itu berhenti.
Afgan memegang tangan Maudy dan menariknya menuju bangku panjang di depan teras
rumah Maudy. Teras yang asri penuh dengan berbagai macam tanaman dan bunga
terasa indah dengan kilauan cahaya lampu taman dan bulan di malam hari.
Mereka duduk berdua menikmati
pemandangan yang ada dihadapan mereka. Sesaat mereka terdiam. Afgan meletakan
ranselnya dan menghela nafas menahan rasa yang membuncah di hatinya. Selama ini
hanya Maudy yang bisa membuatnya nyaman,
memberinya semangat, mensupport karirnya dan mampu mengisi kekosongan
hatinya. Hampir separuh hidupnya dalam setahun belakangan ini dia habiskan
hari-harinya bersama Maudy. Sekarang, Sanggupkah mulai besok ia melewati
semuanya tanpa Maudy?
“Gimana Mod? Udah siap
kan besok berangkat?”
Maudy mengangkat bahunya dengan raut wajah seolah-olah sedang berfikir. Afgan gemas dan menyenggol bahu
Maudy dengan bahunya.
“Ayo, semangat dong!
Jangan manyun gitu ah, Ini kan cita-cita lo dari dulu. Sekarang kesempatan itu
datang dan kamu gak boleh sia-siakan.”
Maudy tersenyum lalu
tertawa.“Iya, semangat kok...ini memang cita-cita gue dari dulu . Lagian juga udah
gak sabar pengen cepat-cepat kuliah. Kata temen gue sih cowo-cowo Oxford
pada ganteng-ganteng lho !” Maudy melirik Afgan nakal.
Afgan melotot dengan
raut muka sok galak .Di acak-acaknya rambut Maudy dengan gemas.
“Gak boleehh !”
Maudy tertawa geli. Rasa
sedih yang ia rasakan sedari pagi hilang sudah.
Afgan menggeser
tubuhnya mendekati Maudy. “Mod, lo mau kan janji sama gue? Gak boleh
deket-deket sama cowo disana ya?”
“Lo juga janji ya gak
deket-deket cewe disini selama aku kuliah .”
Afgan nyengir sambil
ngacak-ngacak rambutnya sendiri.
“ Kalo aku bikin MV
atau duet sama artis cewe kan harus deket Mod..hehe..”
“Gak boleehh !” Maudy
mencubit pinggang Afgan dan mereka tertawa bersama.
Malam semakin larut.
Sudah pukul 12 tengah malam. Pak Anwar supir Afgan sudah terkantuk-kantuk di
dalam mobilnya. Bulan sudah tinggal separuh. Afgan membuka jaketnya dan
memasangkannya ke tubuh Maudy. Ingin rasanya Afgan berada disini sampai pagi.
Tapi Afgan tidak tega melihat Maudy yang sudah lelah dan perlu beristirahat
karena besok akan melakukan perjalanan jauh.
“Mod, kamu istirahat
ya, sudah malam. Semoga kamu betah disana ya, dapat teman-teman yang baik. Aku
selalu mendoakan yang terbaik buat kamu. “
Maudy menatap Afgan
dalam-dalam seolah ingin merekam setiap detil wajah yang selama ini mengisi
hari-harinya . Senyum yang tidak pernah membosankan, lesung pipit yang tidak
akan bisa ia lupakan. Mata Maudy mulai berkaca-kaca dan berusaha menahannya untuk tidak
jatuh.
“Thanks ya Gan. I promise I’ll be back soon.”
Afgan tersenyum menggenggam
tangan Maudy erat, mendekati wajah cantik itu perlahan lalu mengecup keningnya dengan
seluruh perasaannya sambil berbisik . “ Gue sayang lo . I’ll be waiting here no
matter what.”
Lalu
mereka berdua berpelukan dalam diam.Disaksikan bulan yang tinggal separuh dan
Pak Anwar yang sibuk menepuk nyamuk lapar yang mengigit lengannya.Masing-masing
sudah saling mengetahui apa yang mereka rasakan dan mereka berdoa bila Tuhan
mentakdirkan mereka bersama, pasti suatu
saat,
itu akan terjadi....
Jakarta
4 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar