Minggu, 08 September 2013

PERPISAHAN 4 OKTOBER 2013

Note : Cerita ini hanya imajinasi ku semata



Hari keberangkatan makin dekat saja. Dari tempat tidurnya Maudy melihat kalender yang berdiri diatas mejanya. Tanggal 3 Oktober.. Maudy menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan kuat seolah ingin melepas perasaan yang bercampur aduk yang ada dalam hatinya. Cuaca pagi itu sangat dingin membuat Maudy malas beranjak .Dia menarik selimutnya seolah  ingin menikmati kasurnya, kamarnya yang penuh buku-buku untuk yang terakhir kalinya. 

Kepergiannya ke Inggris untuk kuliah di Oxford sangat dinanti-nantikan.Sudah lama Maudy mendambakan suatu saat dia akan kuliah di luar negri. Namun dia tidak menyangka akan diterima di universitas kedua terbaik di dunia itu. Namun disisi lain Maudy merasa ragu apakah dia dapat menyesuaikan diri disana. Perbedaan budaya,cuaca, makanan...Namun Afgan selalu memberi support dan semangat dan mengingatkan bahwa ini ada peluang dan kesempatan yang gak boleh disia-siakan. 

“Gak ada lho artis yang kuliah di Oxford selain kamu Mod” Kata Afgan disela-sela break syuting iklan pembersih wajah yang dibintangi mereka berdua.
Afgan...tiba-tiba Maudy teringat sesuatu. Maudy membuka selimutnya dan beranjak dari tempat tidurnya lalu berdiri beberapa saat untuk mengingat sesuatu, lalu mencari-cari ke laci meja, bawah bantal..nah, ketemu! Maudy memungut iphone nya yang terjatuh dibawah tempat tidur lalu kembali ke tempat tidurnya. Sambil telungkup Maudy membuka iphone nya dan... . gak ada pesan masuk . Terakhir pesan masuk yang ia terima dari Afgan ketika kemarin acara farewell party bersama teman-teman dekatnya yang isinya : 

Mod, sorry I could’nt come to your party..aku ada job nyanyi di Medan. Have fun ya!
 Maudy sudah terbiasa dengan kesibukan Afgan yang padat. Namun biasanya Afgan selalu bisa meluangkan waktu untuk sekedar ngajak hang out bareng, nonton bioskop, makan di restoran dan jalan-jalan di mall atau sekedar datang kerumah untuk ngobrol dan akhirnya bikin lagu bareng. Dan Selama satu bulan sebelum kebarangkatannya perhatian Afgan semakin bertambah dan pertemuan mereka semakin intens yang sebenarnya Maudy tidak terlalu menginginkan itu. Karena itu membuatnya semakin susah melupakan senyum manis dan lesung pipi pria yang sudah setahun belakangan ini dekat dengannya dan semakin membuatnya merasa berat untuk pergi...



BANDARA, PENANTIAN YANG MENYEBALKAN
Afgan mondar-mandir gelisah di bandara Polonia Medan . Matanya terus-terusan melirik jam tangannya. Damn! Kenapa sih keberangkatan pesawat harus ditunda 2 jam?
“Udah bos, nyantai aja..jangan gelisah gitu..Cuma ditunda 2 jam, Bandara lain sampe 8 jam lho!”ujar Dito yang tidak tahan melihat Afgan mondar-mandir kayak setrikaan. Bukannya apa-apa , soalnya  mondar-mandir temannya itu menghalangi pandangan Dito ke cewek cantik berbaju pink yang duduk di seberang ruang tunggu bandara.
Afgan memgernyitkan keningnya ke arah Dito dan mendengus kesal.

“Dua jam itu lama taoooo..!” Ujar Afgan sewot
“Ya elaahh..!  yang mau ditinggal pacar ke Inggris...nyante aja bro, Maudy kan perginya besok kalee. .” Kemal menimpali.
Afgan melepas topinya dan melemparkannya ke arah Kemal,  disambut temannya dengan tawa terbahak-bahak seolah puas banget bisa godain  sahabat dan partner kerjanya yang satu ini.

Heran, kenapa sih gak ada yang ngerti perasaan gue? Keluh Afgan dalam hati. Udara panas Medan membuat wajahnya basah karena keringat.  Afgan merogoh iphone di saku celananya lalu duduk disamping Dito. Terdengar helaan nafas lega Dito dan mulai fokus ke cewe cantik berbaju pink .Akhirnyaaa..
Afgan membuka twitternya. Banyak mention yang masuk di twitternya namun hanya satu nama yang ia cari. Afgan menemukan foto yang diposting di instagram..foto maudy bersama fans dan sahabat-sahabatnya di acara farewell party. Entah kenapa Afgan merasa sesak , tidak ada sosok dia difoto itu. Ingin sekali dia juga berada di acara itu.Memberi semangat, menghiburnya karena akhir- akhir ini Maudy  terlihat pendiam dan kurang bersemangat. Namun jadwal manggung yang sudah disepakati tak bisa diubah sehingga mau tidak mau Afgan terpaksa melewati moment penting dengan Maudy jelang keberangkatannya ke Inggris.

“Mod, aku tertahan di Bandara, di cancel 2 jam.”
Suara getar iphone mengagetkan Maudy yang sedang menata lagi baju-bajunya yang akan dibawa . Setoples rendang daging buatan mama sudah masuk dalam kopernya.Tinggal beberapa buku yang akan dibacanya nanti dipesawat yang belum masuk tas. Secepat mungkin Maudy menyambar iphone nya dengan wajah tersungging senyuman namun  dengan cepat berubah setelah membaca pesannya.

“Its okay, sabar aja yan Gan.” Balas Maudy
“Dari Afgan ya kak?” Tanya Manda yang juga membantu memasukkan buku-buku kesayangan kakaknya. “ Jadi dia mau datang kesini?”
Maudy melempar iphonenya ke bantal dengan wajah kecewa.
“Masih di Bandara , dicancel penerbangannya.”
“Tapi gak lama kan di cancelnya? Tenang aja nanti malam Kak Afgan pasti nyampe Jakarta kok . “
Maudy tersenyum kecut. Sebenarnya Maudy sangat ingin sekali melewati hari terakhirnya di Jakarta seharian bersama Afgan. Jalan-jalan, makan di restoran , ngobrol , katawa-ketawa berdua...hanya berdua saja.
Akhirnya semuanya sudah siap. Koper, tas gendong, semuanya sudah siap namun kenapa hati Maudy masih gundah..

Suasana di cafe begitu meriah. Semua keluarga besar Pak Didit dan Bu Muren berkumpul untuk makan bersama. Maudy memperlihatkan senyuman terbaiknya walaupun hatinya tak seperti itu. Maudy senang semua keluarga dan saudara berkumpul mengucapkan selamat dan dukungan . Maudy berpikir seandainya penerbangan tidak ditunda, pasti Afgan sudah ada di sini bersamanya.  Tiba-tiba matanya mulai berair namun berusaha menyembunyikannya dengan sibuk membuka kado-kado pemberian adik dan saudara-saudaranya.
Acara  dinner bareng keluarga telah usai, namun tidak ada kabar berita dari Afgan. Maudy sudah pasrah dan menyerah untuk selalu berharap. Berbagai pikiran, tanda tanya, berseliweran di kepalanya. Belum lama Maudy berkutat dengan pikirannya , iphone berbunyi. Afgan telefon !

“Halo, gan kamu dimana?” Suara Maudy hampir berteriak tanpa menunggu suara diseberang sana.
Lamat-lamat Maudy mendengar suara hembusan nafas berat .“Aku masih  di Medan Mod...penerbangan ternyata ditunda sampai besok..”
Maudy mendengar nada kelelahan dan putus asa. Maudy tak tahu harus bilang apa. Yang pasti hatinya nyesek bukan main .
 “Gan...tapi aku ingin ketemu kamu..” Suara Maudy tersekat
Suara disana terdiam lama. “Aku juga...Iam so sorry ...aku pasti datang untuk antar kamu besok ke bandara kok.”

Bukan itu Gan yang aku mau...
Di dalam mobil Maudy hanya terdiam. Maudy membuka jendela dan terasa angin dingin menerpa wajahnya. Jalanan malam semakin gelap .Pupus sudah harapannya untuk bisa menghabiskan hari terakhirnya di Jakarta bersama lelaki yang telah mencuri hatinya . Maudy mengingat-ingat awal pertemuannya dengan Afgan. Hampir setahun mereka bersama-sama.Duet bareng, main film. Mengisi iklan, bikin lagu sama-sama....rasanya tidak mudah meninggalkan kebersamaan yang terjalin selama ini. Kebersamaan yang mengikat hati Maudy pada lelaki itu.

Mengingat semua itu membuat air mata Maudy meleleh dan kali ini Maudy tidak berusaha menghentikan air mata yang deras mengalir di pipinya. Maudy menyandarkan kepalanya di pundak mama yang duduk disampingnya. Mama tidak berkata apapun. Mama tahu apa yang putrinya rasakan. Mama hanya membelai rambut Maudy lembut dan memeluknya membiarkan putrinya menangis.


BULAN SEPARUH JADI SAKSI
Maudy merasakan mobil berhenti. Tidak terasa dia tertidur di pangkuan mama. Sudah sampai rumah ternyata. Maudy berencana akan langsung tidur karena besok pagi harus siap-siap ke bandara.
Maudy keluar dari mobilnya. Kepalanya terasa pusing dan rasa kantuk masih mendera  .  Maudy menunduk dan melihat ke kaca spion mobilnya .Matanya terlihat memerah karena habis menangis.

“Halo Niki”.
Maudy berbalik. Suara itu terdengar lembut namun mampu membuat Maudy terloncat kaget seakan-akan  melihat hantu.
Afgan berdiri tepat dihadapannya. Sebuah mobil BMW putih terparkir di luar rumah. Maudy  tak percaya melihat sosok lelaki yang berdiri di depannya dengan kaos oblong putih yang sudah kusut, rambut sedikit acak-acakan dan ransel yang masih menempel di pundaknya.
“Matamu merah tuh, abis nangis ya? “ kata Afgan dengan mata menggoda. Terlihat wajah yang lelah namun masih memperlihatkan senyum termanisnya.
Maudy masih bingung berpikir keras dengan apa yang terjadi.

“Tapi...kamu bilang..kamu pulang besok....”
Afgan ketawa nyengir. “Hehe... sekali ini aja bohongin cewek Oxford ga papa khaan?”
Maudy mengerutkan keningnya. Jadi ternyata.......!  
Dengan wajah gemas juga kesal Maudy memukul bahu Afgan dan mencubitnya tak henti-henti .Tak peduli cowo itu mengaduh-aduh minta ampun.
“Puas ya lo bikin gue kayak gini !”
Afgan tertawa ngakak sambil berusaha menghindar cubitan Maudy . Tapi akhirnya tawa itu berhenti. Afgan memegang tangan Maudy dan menariknya menuju bangku panjang di depan teras rumah Maudy. Teras yang asri penuh dengan berbagai macam tanaman dan bunga terasa indah dengan kilauan cahaya lampu taman dan bulan di malam hari.

Mereka duduk berdua menikmati pemandangan yang ada dihadapan mereka. Sesaat mereka terdiam. Afgan meletakan ranselnya dan menghela nafas menahan rasa yang membuncah di hatinya. Selama ini hanya Maudy yang bisa membuatnya nyaman,  memberinya semangat, mensupport karirnya dan mampu mengisi kekosongan hatinya. Hampir separuh hidupnya dalam setahun belakangan ini dia habiskan hari-harinya bersama Maudy. Sekarang, Sanggupkah mulai besok ia melewati semuanya tanpa Maudy?

“Gimana Mod? Udah siap kan besok berangkat?”
Maudy mengangkat bahunya dengan raut wajah seolah-olah sedang berfikir. Afgan gemas dan menyenggol bahu Maudy dengan bahunya.
“Ayo, semangat dong! Jangan manyun gitu ah, Ini kan cita-cita lo dari dulu. Sekarang kesempatan itu datang dan kamu gak boleh sia-siakan.”
Maudy tersenyum lalu tertawa.“Iya, semangat kok...ini memang cita-cita gue dari dulu . Lagian juga udah gak sabar pengen cepat-cepat kuliah. Kata temen gue sih cowo-cowo Oxford pada ganteng-ganteng lho !” Maudy melirik Afgan nakal.
Afgan melotot dengan raut muka sok galak .Di acak-acaknya rambut Maudy dengan gemas.
“Gak boleehh !”
Maudy tertawa geli. Rasa sedih yang ia rasakan sedari pagi hilang sudah.
Afgan menggeser tubuhnya mendekati Maudy. “Mod, lo mau kan janji sama gue? Gak boleh deket-deket  sama cowo disana ya?”
“Lo juga janji ya gak deket-deket cewe disini selama aku kuliah .”
Afgan nyengir sambil ngacak-ngacak rambutnya sendiri.
“ Kalo aku bikin MV atau duet sama artis cewe kan harus deket Mod..hehe..”
“Gak boleehh !” Maudy mencubit pinggang Afgan dan mereka tertawa bersama.

Malam semakin larut. Sudah pukul 12 tengah malam. Pak Anwar supir Afgan sudah terkantuk-kantuk di dalam mobilnya. Bulan sudah tinggal separuh. Afgan membuka jaketnya dan memasangkannya ke tubuh Maudy. Ingin rasanya Afgan berada disini sampai pagi. Tapi Afgan tidak tega melihat Maudy yang sudah lelah dan perlu beristirahat karena besok akan melakukan perjalanan jauh.
 
“Mod, kamu istirahat ya, sudah malam. Semoga kamu betah disana ya, dapat teman-teman yang baik. Aku selalu mendoakan yang terbaik buat kamu. “
Maudy menatap Afgan dalam-dalam seolah ingin merekam setiap detil wajah yang selama ini mengisi hari-harinya . Senyum yang tidak pernah membosankan, lesung pipit yang tidak akan bisa ia lupakan. Mata Maudy mulai berkaca-kaca dan berusaha menahannya untuk tidak jatuh.

“Thanks ya Gan.  I promise I’ll be back soon.”
Afgan tersenyum menggenggam tangan Maudy erat, mendekati wajah cantik itu perlahan lalu mengecup keningnya dengan seluruh perasaannya sambil berbisik . “ Gue sayang lo . I’ll be waiting  here no matter what.”

 
Lalu mereka berdua berpelukan dalam diam.Disaksikan bulan yang tinggal separuh dan Pak Anwar yang sibuk menepuk nyamuk lapar yang mengigit lengannya.Masing-masing sudah saling mengetahui apa yang mereka rasakan dan mereka berdoa bila Tuhan mentakdirkan mereka bersama,  pasti suatu  saat,   itu akan terjadi....
Jakarta 4 Oktober 2013


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar