Sabtu, 07 Desember 2013

Refrain The Serries Part 1: Coming Home

Bandara Soekarno Hatta terlihat begitu ramai. Niki sekali lagi melirik jam tangannya. Pukul 3 sore... Sudah 2 jam Niki menunggu. Menunggu seorang sahabat...mmm....pacar sih..... Niki jadi tersenyum sendiri. Nata...sahabatnya dari kecil. Cowok jutek, cuek, gak romantis sekarang sudah jadi pacarnya. Perjalanannya ke Austria, mencari Nata,  akhirnya membuat mereka berdua sadar, kalau mereka saling memiliki dan tidak bisa dipisahkan lagi.

Niki berdiri mencari -cari  sosok yang lama dirindukannya. 

Niki mulai gelisah. Nata kan  kuliahnya sudah selesai? dan hari ini akan pulang. Kalau di cancel, pasti Nata akan kasih kabar...

"Segitunya ya lo kangen sama gue."
Niki menoleh..
"Nataaaa..!" Niki menghambur, memeluk Nata erat. Nata kaget dan akhirnya tersenyum bahagia. Bukan pelukan seorang sahabat yang ia rasakan, tapi pelukan seorang kekasih.

"Udaaahh meluknya..malu, banyak orang.." ujar Nata risi.
"Aku kangeeen Naat.."
Niki melepas pelukannya. Rasa rindu terpancar di wajahnya. Nata sudah banyak berubah. Semakin matang dan dewasa.  Rambutnya dipotong rapi dan sedikit berkumis. 
"Capek ya? Sini aku bawain tasnya." Niki mengambil koper yang dibawa Nata dan mulai melangkah keluar.
"Eiittt...tunggu dulu!" Nata menahan lengan Niki.
Niki menoleh. "Ada apa lagi Nat? Ayo, kita pulang. Aku sampe lumutan nunggu kamu di sini."
Nata menatap Niki , menyentuh tangan Niki dan menggenggamnya erat. 
"Gue juga kangen sama lo Nik." 
Niki tersenyum malu.

Mobil Niki melaju cukup kencang. Nata mencoba mengatur ritme jantungnya yang dag-dig-dug. Nata memandang Niki yang asyik bernyanyi sambil memegang kemudi. Niki...makin....cantik...lebih mature...rambutnya panjang dan hitam membuat Nata ingin membelainya. Pipinya makin berisi dan merona. Pulasan lipstik merah di bibirnya membuat Nata ingin....ahhh..Nata menggelengkan kepalanya. Mengusir pikiran-pikiran itu di kepalanya.

Niki tiba-tiba membuka kaca jendela mobil, mengeluarkan sebagian kepalanya.
"Woooiiiii...! Nata sudah pulaangg! Pacarku pulaaangg..!" teriaknya lantang.
Nata kaget setengah mati. cepat-cepat  ditariknya tubuh Niki ke dalam mobil.
"Apaan sih Nik! Bahaya tau."ujar Nata cemas.
Niki nyengir.
"Masih tetep..norak.." Nata menggumam..
"Norak, tapi sayang sama aku kaaann?..hayoo.."goda Niki sambil mengedipkan mata.
Nata tergelak dan mengacak-ngacak rambut Niki. "Geer.."
"Biarin." balas Niki.

Sore itu hujan gerimis. Namun tak membuat Nata urung untuk keluar dari mobil dan  menatap lama rumah bercat putih yang sudah lama ia tinggalkan selama 5 tahun. Masih tetap sama, tapi ada sesuatu yang hilang.

"Trampolin kita mana Nik?"
Niki yang sibuk mengeluarkan tas dan  koper Nata berhenti sejenak.
"Sejak kamu pergi, aku sibuk kuliah dan akhirnya bekerja, trampolin itu nganggur. Papamu akhirnya memindahkan dan menyimpan trampolin itu di garasi."
Nata mengangguk.
"Sekarang kan gue udah pulang. Kita udah bersama lagi, Nik"

Mereka berpandangan.

"Aku kangen trampolin kita." kata Nata.
"Aku juga kangen istana kita..."balas Niki.

Mereka berdua tersenyum seolah dapat membaca pikiran masing-masing. Mereka berdua berlari berkejaran menuju garasi. Nata membuka garasi dan matanya berkeliling mencari sesuatu yang lama dirindukannya.

"Trampolinku!" seru Nata.

Dibantu Niki, mereka menggotong trampolin biru yang sudah berdebu dan menaruhnya di tempat biasa.
Nata membuka sepatunya dan naik ke atas trampolin.
"Sini Nik,"Nata mengulurkan tangannya ke arah Niki.
Niki memandang Nata ragu.
"Nat, kita udah 22 tahun.."
"Ya, trus kenapa?" Nata mulai meloncat-loncat di atas trampolin. "Ayolah, kita bernostalgia sebentar..kamu gak kangen meloncat-loncat kayak gini lagi? Dulu kamu paling berani kan loncat paling tinggi?"
"Dan kamu berteriak ketakutan. Takut aku jatuh."jawab Niki.
Nata tertawa. Matanya terpejam menikmati masa-masa indah ketika SMU bersama trampolin ini, dan ketika bersama Niki.
Melihat itu, Niki jadi tak tahan. Niki membuka high heelsnya dan naik ke atas trampolin. Trampolin itu terlihat makin kecil diisi dua anak muda yang sudah dewasa. Niki memegang tangan Nata erat ketika trampolin itu mulai bergoyang. Sudah lama sekali Niki tidak bermain trampolin.
Nata terbahak melihat Niki menjerit ketika tubuhnya mulai memantul. Mereka berdua tertawa bersama di bawah rintik gerimis hujan.

"Nataa...! Duh...pulang dari Austria bukannya nemuin Mama sama Papa, malah main trampolin!"

Nata menoleh. Mamanya sudah berdiri di teras rumah, disusul Papa, Kak Dany dan Anna.

Nata meloncat turun dari trampolin dan berlari menuju Mama Papa. Nata mencium tangan 
dan memeluk mereka satu persatu.

"Kamu lebih kangen sama trampolin bututmu ya, daripada sama Mama? Hah?" Mama cemberut.

Nata cuma nyengir. " Sorry Ma..hehe.."

Kak Dany menepuk bahu Nata dan memeluknya erat. "Welcome home bro!"

Nata tersenyum. Matanya beralih ke Anna. Gadis berdarah Indo yang sekarang sudah jadi pacarnya Kak Danny makin mempesona seperti model. Tubuhnya makin tinggi, putih dan langsing. Rambutnya dipotong pendek memperlihatkan lehernya yang mulus dan jenjang.

"Hai, apa kabar?" Anna menyalami Nata antusias.

"Aku baik An, kamu makin cantik aja..."

Pipi Anna memerah. "Ah, kamu bisa aja.."

Kak Danny menjitak kepala Nata pelan. "Awas, rayu-rayu pacar Kakak, nanti ada yang ngambek tuh." ujarnya sambil melirik Niki.

Niki melotot. "Apa? Cemburu? Hmm..biasa aja.." Niki melengos masuk ke dalam rumah bersama Mama dan Papa Nata.

Sore itu rumah Nata begitu ramai dan hangat. Nata bahagia sekali. Orang-orang yang dia sayang, semuanya berkumpul menyambut kepulangannya. Niki dan Anna membantu Mama menyiapkan makan malam. Papa, Nata dan Kak Danny duduk di sofa asyik saling  berbagi bercerita. Suara dentingan gelas, suara tawa dan canda menghangatkan suasana rumah itu di tengah gerimisnya hujan..

 To be continued




Tidak ada komentar:

Posting Komentar