Minggu, 08 September 2013

Kalau Tuhan Ijinkan..



Aku gak tahu kapan tepatnya aku mengenal  dia, murid baru yang masuk di kelasku .Yang  ku ingat waktu itu aku masih duduk di kelas 2 SMU. Aku dengar dia dapat beasiswa sehingga bisa masuk SMU 34. Salah satu SMU favorit di Jakarta.Sejak cewek itu masuk, semuanya berubah. Dia saingan terberatku di kelas. Sebelum ada dia. Nilaiku selalu lebih unggul dibandingkan teman-teman di kelasku.Walaupun aku bukan cowok populer, temanku tidak banyak karena aku pemalu, jarang belajar dan sering tertidur di kelas, tapi nilaiku tak pernah kurang dari 8. Aku jago pelajaran ekonomi. Setiap ada lomba bidang studi ekonomi pasti aku yang selalu diminta untuk mewakili kelasku.
Cewek itu namanya Tiana....Setiana Dewi
Dia sangat pintar...Di semua pelajaran dia selalu unggul .Tapi aku kurang menyukainya .Dia tidak jelek kok..cantik malah. ramah, rambutnya panjang  selalu diikat rapi , walaupun aku lebih suka kalau rambutnya di urai.Tambah cantik. Tapi sejak ada Tiana , dia jadi favorit semua guru, favorit semua teman kelasku yang butuh contekan PR  atau tempat bertanya kalau ada pelajaran yang tidak mengerti.  Dulu, aku yang di posisi itu, namun sekarang...apakah aku iri? Ya memang aku iri pada gadis itu.
“Rangga.”   Gadis berambut panjang itu  memanggil dan menepuk punggungku dan tanpa kupersilahkan dia sudah duduk disebelahku. Membuyarkan kosentrasi ku yang sedang mendengar lagu favoritku.
“Lagi dengar lagu apa?”Tanya Tiana.
“Ya?” aku membuka earphone dan menoleh sebentar .“Oh..lagu Bruno Mars. Ada apa?”
“Pak Anwar kasih tugas kelompok projek akhir , Kamu mau kan masuk kelompokku?” Tanya Tiana
“Hmmmm...maaf aku sudah masuk grup nya Fajar.Sorry ya.” Jawabku datar.  Hati ku jadi tak enak.Kenapa aku harus berbohong? Padahal aku belum masuk grup manapun.
Terlihat mimik kecewa di wajah gadis itu. Namun dia tetap tersenyum. “Okey, ga papa kok. “

Cowok itu, namanya Rangga...Rangga Raditya
Aku tidak tahu, kenapa dia kelihatan tidak begitu suka padaku. Padahal aku berusaha bersikap ramah padanya. Dia jarang bergaul , temannya tidak banyak, cuek, pendiam . Tapi dia pintar . Aku ingin berdiskusi dengannya tentang masalah ekonomi karena aku suka pelajaran ekonomi.Tapi dia selalu menghindar dan selalu acuh tak acuh padaku.
Ketika  hendak ke toilet pas jam istirahat, aku mendengar suara orang bersenandung. Suaranya begitu merdu ditelingaku.Suasana saat itu sepi karena murid-murid banyak yang sudah masuk kelas .Tapi aku penasaran. Aku mencari asal suara itu. Di ditaman sekolah aku melihat sosok pemuda duduk di bangku taman dengan earphone ditelinganya. Dia sedang bernyanyi  yang aku tak tahu apa judulnya dan siapa penyanyinya. Diam-diam aku memperhatikan . Aku tersenyum geli melihat tingkahnya yang bagaikan superstar  rock ,seolah-olah memegang gitar sedang bernyanyi di panggung.  Dia sangat kaget dan gelagapan ketika tahu ada yang memperhatikannya. Muka nya merah, semerah tomat.
“Udah bel tuh..” Kataku setengah berteriak sambil berusaha menahan senyum ku.
“Kamu ngapain disitu? Mata-matain gue ya?” Jawabnya ketus.
“Suaramu bagus , Kamu berbakat jadi penyanyi lho.”
“Jangan sok tahu ah,” Ujar Rangga dengan wajah masih memerah menahan malu ngeloyor pergi.
Tiana....
Nama itu, nama itu lagi yang memenuhi kepalaku. Sudah 3 hari dia tidak masuk . Ada apa ya? Apa dia sakit? Ada rasa yang bikin nyesek di dada ini. Rasa kangen...satu kata yang asing banget, tapi itu yang aku rasain skarang. Tapiii.. ngapain sih aku mikirin dia?  Lagian bukannya enak kalo gak ada dia? Gak ada yang sok tahu dan selalu jawab setiap pertanyaan guru, selalu bertanya di setiap pelajaran. sok perhatian , sok menasehati..
“Met, tau gak kenapa si Tia gak masuk? “Tanya ku pada Meti, teman sebangku Tiana. Sebenarnya gengsi aku tanya tentang Tiana. Tapi rasa penasaran ini gak  bisa aku bendung.
Meti memandangku dengan wajah terheran-heran
“Tumben..nanyain Tia..”Jawab Meti sinis. “Bukannya lo gak suka ma dia? Harusnya lo seneng dia gak masuk, gak ada saingan...”
“Ya udah kalo lo gak mau jawab.” Aku berdiri  melangkah untuk pergi.
“Ibunya Tia lagi sakit. Kena kanker rahim.”
Langkah ku terhenti. Aku terdiam , gak tahu harus bilang apa.
Aku menoleh ke arah Meti. “Met, boleh aku minta alamatnya Tia?”
Jl Melati no.3B,  sudah 3 jam aku cari alamat itu.Kok susah banget ya alamatnya? Celingukan kebingungan aku berdiri depan gang tanpa papan nama jalan  yang baru kali ini aku liat.Tapi pemilik warung tadi menunjuk gang ini. Cuaca semakin smakin panas, aku mengacak-acak rambutku sendiri. Kalo gak ketemu, gue mending pulang aja deh!
Tapiii....sosok itu.... gadis rambut panjang berjalan membawa kantong kresek..Tiana..wah, ngumpet ah!
Gadis itu lewat tanpa menyadari kehadiran aku . Sepertinya dia terburu-buru. Setelah gadis itu agak menjauh aku mengikutinya dari belakang, hatiku deg-degan... takut ketahuan.
Akhirnya gadis itu tiba disebuah rumah mungil, sangat sederhana namun asri. Beberapa bagian cat tembok rumah sudah terkelupas. Sebuah sepeda butut terparkir di teras rumah,dan beberapa pot bunga mawar, anggrek berjajar di halaman. Ohh...jadi ini rumah Tiana..
Lama aku berdiri didepan rumah itu. Masuk gak ya?  Pasti dia terheran-heran kalo tau aku kerumahnya. Selama ini kan aku terlihat acuh tak acuh dan cuek padanya. Kebayang deh raut wajah nya kalo liat aku ..pasti sinis banget ngapain lo kesini?
Sebelum pikiranku merembet kemana-mana , aku merasa ada yang menarik bajuku.
“Temennya kak Tia ya?” Seraut wajah cantik mungil berumur 5 tahunan menyeringai memperlihatkan gigi ompongnya padaku.
Sebelum aku menjawab gadis itu berlari masuk ke dalam rumah dan berteriak “ Kaaakkk...! ada temen Kakak tuuhh..!”
Mampus gue!
Tiana keluar, tak seperti biasanya kali ini rambutnya diurai... mengenakan kemeja kotak-kotak dan rok coklat selutut. Baju yang sederhana, tanpa polesan make up terlihat ...cantik..ditambah lagi rona merah pipinya dengan wajah ternganga tak percaya.
“Rangga??”
Aku jadi salting sendiri.Pengen rasanya kabur dari tempat ini atau bilang “Eh, kamu tinggal disini?”
“Hmmmm...gini..gue..”
Wajah Tiana berubah dengan senyum yang gak bisa aku lupain, tangannya melambai padaku
“ Sini, masuk yuk!”
Tiana menyodorkan secangkir air teh manis padaku. “Makasih ya udah mau datang, nyasar gak?”
Aku  menyeringai malu.
“Enggak.. kebetulan pemilik warung depan gang kasih tahu alamat rumahmu.”
Lama kami terdiam...Gimana ya menghilangkan situasi yang kurang nyaman kayak gini?
“Eeehh...kenapa lo gak masuk sekolah?”Tanyaku kaku
Senyum itu menghilang .”Penyakit mama kambuh.Gak ada yang urus mama karena ayahku kerja.”
“Mama  kena kanker Ga. Sudah setahun mama sakit kanker rahim” Tiana menghela nafas, berusaha menahan air mata yang keluar.
Aku tertegun, aku gak tahu apa yang harus kukatakan.
“Sejak mama sakit , perekonomian kami jadi sulit. Karena Ayah hanya seorang pegawai negri dengan gaji pas-pasan . Sedangkan setiap minggu mama harus kemoterapi.”
Tania menatapku kali ini air matanya tumpah tak tertahan. “Maka dari itu aku berusaha belajar dan belajar setiap hari supaya  dapat beasiswa dengan begitu gue bisa mengurangi  biaya sekolah. . Aku juga bantu mengurangi beban papa dengan menulis artikel untuk majalah dan menulis buku. Melihat keadaan mama , aku ingin jadi dokter Ga supaya bisa obatin mama tanpa harus memikirkan biaya.Alhamdulillah ada penerbit yang tertarik dengan tulisanku dan mau menerbitkan bukuku. Mudah-mudahan dengan ini aku bisa membiayai kuliah.
Aku terdiam.  Tiana.... maafkan gue ya... Maafkan atas sikap gue yang buruk  dan, prasangka jelek gue selama ini. Gue merasa malu pada diri sendiri. Gue hidup berkecukupan, Papa seorang dokter. Kalau gue sakit ada papa yang ngobatin. Sedangkan Tiana  berjuang sendiri demi orang tuanya, demi cita-citanya..

Rangga....
Kenapa kamu kerumahku? Apakah kamu gak tahu jantungku hampir copot ketika kamu berdiri di depan rumahku ? Bukankah kamu selama ini gak suka padaku? Apa yang membuatmu berubah sikap padaku? Walaupun kamu terlihat cuek, jutek dengan tatapanmu yang tajam, kadang sinis padaku, aku tetap kagum sama kamu.Kamu pintar, walaupun kamu suka tertidur di kelas, aku suka melihatmu dengan earphone yang menempel di telingamu sambil bergumam, berdendang dgn suara gak jelas, aku suka melihatmu asyik menulis entah apa..puisikah? lirik lagu? di bawah pohon di kebun sekolah sampai lupa masuk kelas dan kena hukuman berdiri di depan tiang bendera.Aku suka...
Aku gak akan lupa , hari wisuda kelulusan, kamu yang pertama kali berdiri bertepuk tangan, memberi selamat padaku, menggenggam tanganku begitu erat, hangat, seakan tak mau lepas. Sejak kamu datang kerumahku, sikapmu berubah. Lebih friendly...Belum pernah aku sebahagia ini .
Namun semuanya berubah. Ayah dipindah tugaskan ke Kalimantan Selatan. Begitu mendadak . Aku kerumahmu tapi kamu dan papamu sedang belibur ke Bali. Kata ayah, di Banjarmasin ada universitas negri disana, dan aku bisa mendaftar di jurusan kedokteran sesuai cita-citaku. Demi cita-citaku untuk menjadi dokter, terpaksa aku harus melepas rasa ini... melepas kamu...
Tiana...
5 tahun sudah berlalu.Namun Nama itu masih terus membekas di hati ku. . Hidupku sekarang berubah.Kamu benar, bakatku memang menyanyi dan sekarang menjadi panggilan hidupku. Sejak mengikuti kompetisi singing talent di sebuah TV swasta terkenal dan juara 1 ,hampir semua orang  mengenal namaku. Aku jadi orang yang super sibuk. Sibuk rekaman, mengisi acara di TV, perform di berbagai kota.  Tapi kamu dimana? Terakhir aku bertemu denganmu ketika wisuda kelulusan SMU. Kamu terlihat anggun sekali dengan gaun sederhana warna senada dengan kulitmu. Dan aku gak akan lupa akan wajah senyum tanpa henti ketika namamu dipanggil sebagai siswa teladan dengan nilai tertinggi. Saat itu tidak ada rasa iri , kecewa yang seperti biasanya aku rasakan ketika aku sekelas denganmu. Rasa iri mengetahui kamu selalu dapat nilai tertinggi, selalu terpilih mewakili sekolah dalam ajang kompetisi, selalu bisa mematahkan argumenku bila kegiatan diskusi kelompok. Entah kenapa, aku ikhlas kamu yang maju ke panggung dan menerima penghargaan itu, because you deserve it.
Aku berdiri dan bertepuk tangan sekeras-kerasnya. Aku tak peduli teman-temanku yang melihatku dengan tatapan nakal diiringi teriakan cieeee.. orang tua murid, guru,  menoleh padaku. Dan aku tak peduli pada akhirnya semua berdiri dan ikut bertepuk tangan juga. Yang aku pedulikan sorot mata mu memandang padaku, dengan senyum yang sempurna seolah-olah berkata : Thanks, Rangga ...

Setelah itu kamu menghilang tanpa jejak....
Aku kerumahmu kamu sudah pindah entah kemana. Ku coba sms, telefon tapi gak nyambung..
Setiap aku perform , aku berharap kamu berada di barisan penonton, dan  melihatku bernyanyi.
Aku rindu kamu.. rindu gadis cantik, pintar , berambut panjang yang sudah menginspirasi aku selama ini...

“Dok, sudah malam...sebaiknya dokter pulang saja.Biar saya yang jaga malam disini.”
Tiana menguap sambil merentangkan tangannya. Hari  ini di klinik banyak pasien yang datang berobat. Baru jam 7 malam pasien sudah mulai berkurang.Pfiuhh.. hari yang cukup melelahkan!
“Makasih ya suster, kebetulan saya sudah capek. Saya pulang dulu ya.”
Tiana mengayuh sepedanya. Malam semakin larut. Tiana mengayuh sepedanya kencang-kencang. Ingin rasanya cepat tiba di rumah dinas dan berbaring di kasur yang empuk.
Tiana melempar tasnya di kasur , membuka sepatunya setengah hati . Sayup-sayup terdengar suara radio  di ruang  tamu dan hati Tiana tercekat...lagu itu...suara itu..
Tiana langsung berlari ke arah suara itu . Pak Nana, penjaga rumah sedang duduk sambil memeluk radio kesayangannya.
“Pak, boleh pinjam radionya? “ pinta Tiana penuh harap.
“ Boleh, silahkan neng .” Kata Pak Nana ramah
Tiana masuk ke kamar. Di peluknya radio itu erat-erat. Lagu itu masih mengalun merdu..
Tak Kubayangkan...
Rasa ini tumbuh di hatiku
Rasa rindu padamu kasihku
Entah kau dimana...aku tak tahu
Kalau saja ku tak mengenalmu
Mungkin rasa ini takkan pernah
Ada..

Rangga....
Kamu sudah jadi penyanyi  terkenal sekarang..semua orang mengenal kamu. Album terbaru kamu yang dikirim ayah selalu aku dengar hampir setiap hari.. Ga, aku sudah jadi dokter sekarang. Aku bertugas di desa kecil di Kalimantan. Berat memang , namun aku harus jalani karena warga disini membutuhkanku. Aku gak pernah lupain  kamu .Ada rasa yang aku pendam selama ini , yang aku rasakan sejak bertemu kamu di SMU dulu.
Dan kalau Tuhan ijinkan,  semoga suatu saat kita bisa bertemu....







PERPISAHAN 4 OKTOBER 2013

Note : Cerita ini hanya imajinasi ku semata



Hari keberangkatan makin dekat saja. Dari tempat tidurnya Maudy melihat kalender yang berdiri diatas mejanya. Tanggal 3 Oktober.. Maudy menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan kuat seolah ingin melepas perasaan yang bercampur aduk yang ada dalam hatinya. Cuaca pagi itu sangat dingin membuat Maudy malas beranjak .Dia menarik selimutnya seolah  ingin menikmati kasurnya, kamarnya yang penuh buku-buku untuk yang terakhir kalinya. 

Kepergiannya ke Inggris untuk kuliah di Oxford sangat dinanti-nantikan.Sudah lama Maudy mendambakan suatu saat dia akan kuliah di luar negri. Namun dia tidak menyangka akan diterima di universitas kedua terbaik di dunia itu. Namun disisi lain Maudy merasa ragu apakah dia dapat menyesuaikan diri disana. Perbedaan budaya,cuaca, makanan...Namun Afgan selalu memberi support dan semangat dan mengingatkan bahwa ini ada peluang dan kesempatan yang gak boleh disia-siakan. 

“Gak ada lho artis yang kuliah di Oxford selain kamu Mod” Kata Afgan disela-sela break syuting iklan pembersih wajah yang dibintangi mereka berdua.
Afgan...tiba-tiba Maudy teringat sesuatu. Maudy membuka selimutnya dan beranjak dari tempat tidurnya lalu berdiri beberapa saat untuk mengingat sesuatu, lalu mencari-cari ke laci meja, bawah bantal..nah, ketemu! Maudy memungut iphone nya yang terjatuh dibawah tempat tidur lalu kembali ke tempat tidurnya. Sambil telungkup Maudy membuka iphone nya dan... . gak ada pesan masuk . Terakhir pesan masuk yang ia terima dari Afgan ketika kemarin acara farewell party bersama teman-teman dekatnya yang isinya : 

Mod, sorry I could’nt come to your party..aku ada job nyanyi di Medan. Have fun ya!
 Maudy sudah terbiasa dengan kesibukan Afgan yang padat. Namun biasanya Afgan selalu bisa meluangkan waktu untuk sekedar ngajak hang out bareng, nonton bioskop, makan di restoran dan jalan-jalan di mall atau sekedar datang kerumah untuk ngobrol dan akhirnya bikin lagu bareng. Dan Selama satu bulan sebelum kebarangkatannya perhatian Afgan semakin bertambah dan pertemuan mereka semakin intens yang sebenarnya Maudy tidak terlalu menginginkan itu. Karena itu membuatnya semakin susah melupakan senyum manis dan lesung pipi pria yang sudah setahun belakangan ini dekat dengannya dan semakin membuatnya merasa berat untuk pergi...



BANDARA, PENANTIAN YANG MENYEBALKAN
Afgan mondar-mandir gelisah di bandara Polonia Medan . Matanya terus-terusan melirik jam tangannya. Damn! Kenapa sih keberangkatan pesawat harus ditunda 2 jam?
“Udah bos, nyantai aja..jangan gelisah gitu..Cuma ditunda 2 jam, Bandara lain sampe 8 jam lho!”ujar Dito yang tidak tahan melihat Afgan mondar-mandir kayak setrikaan. Bukannya apa-apa , soalnya  mondar-mandir temannya itu menghalangi pandangan Dito ke cewek cantik berbaju pink yang duduk di seberang ruang tunggu bandara.
Afgan memgernyitkan keningnya ke arah Dito dan mendengus kesal.

“Dua jam itu lama taoooo..!” Ujar Afgan sewot
“Ya elaahh..!  yang mau ditinggal pacar ke Inggris...nyante aja bro, Maudy kan perginya besok kalee. .” Kemal menimpali.
Afgan melepas topinya dan melemparkannya ke arah Kemal,  disambut temannya dengan tawa terbahak-bahak seolah puas banget bisa godain  sahabat dan partner kerjanya yang satu ini.

Heran, kenapa sih gak ada yang ngerti perasaan gue? Keluh Afgan dalam hati. Udara panas Medan membuat wajahnya basah karena keringat.  Afgan merogoh iphone di saku celananya lalu duduk disamping Dito. Terdengar helaan nafas lega Dito dan mulai fokus ke cewe cantik berbaju pink .Akhirnyaaa..
Afgan membuka twitternya. Banyak mention yang masuk di twitternya namun hanya satu nama yang ia cari. Afgan menemukan foto yang diposting di instagram..foto maudy bersama fans dan sahabat-sahabatnya di acara farewell party. Entah kenapa Afgan merasa sesak , tidak ada sosok dia difoto itu. Ingin sekali dia juga berada di acara itu.Memberi semangat, menghiburnya karena akhir- akhir ini Maudy  terlihat pendiam dan kurang bersemangat. Namun jadwal manggung yang sudah disepakati tak bisa diubah sehingga mau tidak mau Afgan terpaksa melewati moment penting dengan Maudy jelang keberangkatannya ke Inggris.

“Mod, aku tertahan di Bandara, di cancel 2 jam.”
Suara getar iphone mengagetkan Maudy yang sedang menata lagi baju-bajunya yang akan dibawa . Setoples rendang daging buatan mama sudah masuk dalam kopernya.Tinggal beberapa buku yang akan dibacanya nanti dipesawat yang belum masuk tas. Secepat mungkin Maudy menyambar iphone nya dengan wajah tersungging senyuman namun  dengan cepat berubah setelah membaca pesannya.

“Its okay, sabar aja yan Gan.” Balas Maudy
“Dari Afgan ya kak?” Tanya Manda yang juga membantu memasukkan buku-buku kesayangan kakaknya. “ Jadi dia mau datang kesini?”
Maudy melempar iphonenya ke bantal dengan wajah kecewa.
“Masih di Bandara , dicancel penerbangannya.”
“Tapi gak lama kan di cancelnya? Tenang aja nanti malam Kak Afgan pasti nyampe Jakarta kok . “
Maudy tersenyum kecut. Sebenarnya Maudy sangat ingin sekali melewati hari terakhirnya di Jakarta seharian bersama Afgan. Jalan-jalan, makan di restoran , ngobrol , katawa-ketawa berdua...hanya berdua saja.
Akhirnya semuanya sudah siap. Koper, tas gendong, semuanya sudah siap namun kenapa hati Maudy masih gundah..

Suasana di cafe begitu meriah. Semua keluarga besar Pak Didit dan Bu Muren berkumpul untuk makan bersama. Maudy memperlihatkan senyuman terbaiknya walaupun hatinya tak seperti itu. Maudy senang semua keluarga dan saudara berkumpul mengucapkan selamat dan dukungan . Maudy berpikir seandainya penerbangan tidak ditunda, pasti Afgan sudah ada di sini bersamanya.  Tiba-tiba matanya mulai berair namun berusaha menyembunyikannya dengan sibuk membuka kado-kado pemberian adik dan saudara-saudaranya.
Acara  dinner bareng keluarga telah usai, namun tidak ada kabar berita dari Afgan. Maudy sudah pasrah dan menyerah untuk selalu berharap. Berbagai pikiran, tanda tanya, berseliweran di kepalanya. Belum lama Maudy berkutat dengan pikirannya , iphone berbunyi. Afgan telefon !

“Halo, gan kamu dimana?” Suara Maudy hampir berteriak tanpa menunggu suara diseberang sana.
Lamat-lamat Maudy mendengar suara hembusan nafas berat .“Aku masih  di Medan Mod...penerbangan ternyata ditunda sampai besok..”
Maudy mendengar nada kelelahan dan putus asa. Maudy tak tahu harus bilang apa. Yang pasti hatinya nyesek bukan main .
 “Gan...tapi aku ingin ketemu kamu..” Suara Maudy tersekat
Suara disana terdiam lama. “Aku juga...Iam so sorry ...aku pasti datang untuk antar kamu besok ke bandara kok.”

Bukan itu Gan yang aku mau...
Di dalam mobil Maudy hanya terdiam. Maudy membuka jendela dan terasa angin dingin menerpa wajahnya. Jalanan malam semakin gelap .Pupus sudah harapannya untuk bisa menghabiskan hari terakhirnya di Jakarta bersama lelaki yang telah mencuri hatinya . Maudy mengingat-ingat awal pertemuannya dengan Afgan. Hampir setahun mereka bersama-sama.Duet bareng, main film. Mengisi iklan, bikin lagu sama-sama....rasanya tidak mudah meninggalkan kebersamaan yang terjalin selama ini. Kebersamaan yang mengikat hati Maudy pada lelaki itu.

Mengingat semua itu membuat air mata Maudy meleleh dan kali ini Maudy tidak berusaha menghentikan air mata yang deras mengalir di pipinya. Maudy menyandarkan kepalanya di pundak mama yang duduk disampingnya. Mama tidak berkata apapun. Mama tahu apa yang putrinya rasakan. Mama hanya membelai rambut Maudy lembut dan memeluknya membiarkan putrinya menangis.


BULAN SEPARUH JADI SAKSI
Maudy merasakan mobil berhenti. Tidak terasa dia tertidur di pangkuan mama. Sudah sampai rumah ternyata. Maudy berencana akan langsung tidur karena besok pagi harus siap-siap ke bandara.
Maudy keluar dari mobilnya. Kepalanya terasa pusing dan rasa kantuk masih mendera  .  Maudy menunduk dan melihat ke kaca spion mobilnya .Matanya terlihat memerah karena habis menangis.

“Halo Niki”.
Maudy berbalik. Suara itu terdengar lembut namun mampu membuat Maudy terloncat kaget seakan-akan  melihat hantu.
Afgan berdiri tepat dihadapannya. Sebuah mobil BMW putih terparkir di luar rumah. Maudy  tak percaya melihat sosok lelaki yang berdiri di depannya dengan kaos oblong putih yang sudah kusut, rambut sedikit acak-acakan dan ransel yang masih menempel di pundaknya.
“Matamu merah tuh, abis nangis ya? “ kata Afgan dengan mata menggoda. Terlihat wajah yang lelah namun masih memperlihatkan senyum termanisnya.
Maudy masih bingung berpikir keras dengan apa yang terjadi.

“Tapi...kamu bilang..kamu pulang besok....”
Afgan ketawa nyengir. “Hehe... sekali ini aja bohongin cewek Oxford ga papa khaan?”
Maudy mengerutkan keningnya. Jadi ternyata.......!  
Dengan wajah gemas juga kesal Maudy memukul bahu Afgan dan mencubitnya tak henti-henti .Tak peduli cowo itu mengaduh-aduh minta ampun.
“Puas ya lo bikin gue kayak gini !”
Afgan tertawa ngakak sambil berusaha menghindar cubitan Maudy . Tapi akhirnya tawa itu berhenti. Afgan memegang tangan Maudy dan menariknya menuju bangku panjang di depan teras rumah Maudy. Teras yang asri penuh dengan berbagai macam tanaman dan bunga terasa indah dengan kilauan cahaya lampu taman dan bulan di malam hari.

Mereka duduk berdua menikmati pemandangan yang ada dihadapan mereka. Sesaat mereka terdiam. Afgan meletakan ranselnya dan menghela nafas menahan rasa yang membuncah di hatinya. Selama ini hanya Maudy yang bisa membuatnya nyaman,  memberinya semangat, mensupport karirnya dan mampu mengisi kekosongan hatinya. Hampir separuh hidupnya dalam setahun belakangan ini dia habiskan hari-harinya bersama Maudy. Sekarang, Sanggupkah mulai besok ia melewati semuanya tanpa Maudy?

“Gimana Mod? Udah siap kan besok berangkat?”
Maudy mengangkat bahunya dengan raut wajah seolah-olah sedang berfikir. Afgan gemas dan menyenggol bahu Maudy dengan bahunya.
“Ayo, semangat dong! Jangan manyun gitu ah, Ini kan cita-cita lo dari dulu. Sekarang kesempatan itu datang dan kamu gak boleh sia-siakan.”
Maudy tersenyum lalu tertawa.“Iya, semangat kok...ini memang cita-cita gue dari dulu . Lagian juga udah gak sabar pengen cepat-cepat kuliah. Kata temen gue sih cowo-cowo Oxford pada ganteng-ganteng lho !” Maudy melirik Afgan nakal.
Afgan melotot dengan raut muka sok galak .Di acak-acaknya rambut Maudy dengan gemas.
“Gak boleehh !”
Maudy tertawa geli. Rasa sedih yang ia rasakan sedari pagi hilang sudah.
Afgan menggeser tubuhnya mendekati Maudy. “Mod, lo mau kan janji sama gue? Gak boleh deket-deket  sama cowo disana ya?”
“Lo juga janji ya gak deket-deket cewe disini selama aku kuliah .”
Afgan nyengir sambil ngacak-ngacak rambutnya sendiri.
“ Kalo aku bikin MV atau duet sama artis cewe kan harus deket Mod..hehe..”
“Gak boleehh !” Maudy mencubit pinggang Afgan dan mereka tertawa bersama.

Malam semakin larut. Sudah pukul 12 tengah malam. Pak Anwar supir Afgan sudah terkantuk-kantuk di dalam mobilnya. Bulan sudah tinggal separuh. Afgan membuka jaketnya dan memasangkannya ke tubuh Maudy. Ingin rasanya Afgan berada disini sampai pagi. Tapi Afgan tidak tega melihat Maudy yang sudah lelah dan perlu beristirahat karena besok akan melakukan perjalanan jauh.
 
“Mod, kamu istirahat ya, sudah malam. Semoga kamu betah disana ya, dapat teman-teman yang baik. Aku selalu mendoakan yang terbaik buat kamu. “
Maudy menatap Afgan dalam-dalam seolah ingin merekam setiap detil wajah yang selama ini mengisi hari-harinya . Senyum yang tidak pernah membosankan, lesung pipit yang tidak akan bisa ia lupakan. Mata Maudy mulai berkaca-kaca dan berusaha menahannya untuk tidak jatuh.

“Thanks ya Gan.  I promise I’ll be back soon.”
Afgan tersenyum menggenggam tangan Maudy erat, mendekati wajah cantik itu perlahan lalu mengecup keningnya dengan seluruh perasaannya sambil berbisik . “ Gue sayang lo . I’ll be waiting  here no matter what.”

 
Lalu mereka berdua berpelukan dalam diam.Disaksikan bulan yang tinggal separuh dan Pak Anwar yang sibuk menepuk nyamuk lapar yang mengigit lengannya.Masing-masing sudah saling mengetahui apa yang mereka rasakan dan mereka berdoa bila Tuhan mentakdirkan mereka bersama,  pasti suatu  saat,   itu akan terjadi....
Jakarta 4 Oktober 2013