Hati Shanaz hari ini berbunga-bunga. Inboks
dari seseorang membuatnya terbang melayang.
“Kita ketemu ya, malam ini di Caffe Mocca.” begitu isi
pesannya.
Shanaz tersenyum-senyum membacanya. Rommy, cowok yang
dikenalnya tiga bulan belakangan ini lewat facebook. Dilihat dari foto profilnya sih, orangnya
ganteng. Mirip artis Adipati Dolken. Ramah, dan selalu menjadi di tempat curhat
Shanaz. Shanaz merasa nyaman dengan Rommy. Apalagi ketika dia putus dengan
kekasihnya Vino, Rommy adalah orang
pertama yang mendengar segala keluh kesah Shanaz.
Waktu menunjukkan pukul
tujuh malam. Shanaz mematut
dirinya di cermin. Rambut di urai, bibir
dipoles lipstik pink dengan gaun warna krem muda.
“Aku mau kamu memakai gaun warna krem, agar aku bisa
mengenalmu.”begitu pesan Rommy.
Cafe begitu ramai. Shanaz celingukan.
“Ada yang bisa saya bantu?”
Shanaz menoleh. Seorang pelayan cafe menyapanya.
“Oh, saya pesan meja ya, dekat..”
“Dekat water fountain?Kebetulan kosong.” Jawab pelayan
tersebut.
“Oya?? Bagus kalau begitu! Itu tempat kesukaanku.”
Pelayan tersebut tersenyum dan mengantar Shanaz ke meja
dekat water fountain.
“Mas, saya pesan..”
“Cappuccino Mocca Float?”
Shanaz terhenyak. “Wow! Kok tahu kopi kesukaan saya?”
Pelayan tersebut
kembali tersenyum dan berlalu.
Shanaz merapikan rambutnya, gaunnya, tempat duduknya.
Tapi..mana Rommy? Sudah satu jam Shanaz menunggu dengan gelisah. Apakah dia
mempermainkanku? Tega banget sih dia??
“Shanaz!”
Ah, itu pasti Rommy... Shanaz memutar tubuhnya dan wajahnya
pucat.
“Ayo, pulang! Kamu pasti mau bertemu lelaki itu kan?! Yang
kamu kenal lewat facebook? Dia penipu Naz! Dia penjahat! Foto profilnya palsu!”
“Papa..”
“Ayo, pulang! “Papa menarik tangan Shanaz.
Shanaz terhuyung. Masih
tak percaya. Rommy penipu? Selama ini dia menipuku? Cowok yang selalu
mendengar curhatanku, memberi nasehat dan semangat ternyata dia penipu?
Secangkir cappuccino mocca float masih mengepul hangat di
atas meja kosong dekat water fountain. Sesosok pria tampan, dengan wajah
mendung mirip Adipati Dolken duduk membelakangi meja tersebut, sejam yang lalu dia
menunggu,menunggu saat yang tepat. Namun
hatinya ragu. Dia menyeruput sisa kopinya sampai habis dan pergi berlalu
diikuti tatapan seorang pelayan pria yang tersenyum puas..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar